DINAS
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMK NEGERI 1 LIWA
Jl. KH. AHMAD DAHLAN 42
PADANG DALOM KEC. BAIK BUKIT KAB. LAMPUNG BARAT
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
BIMBINGAN
KLASIKAL
SEMESTER GANJIL TAHUN
PELAJARAN 2018/2019
A
|
Komponen
|
Layanan Dasar
|
B
|
Bidang Layanan
|
Belajar
|
C
|
Topik / Tema
Layanan
|
Peran (IQ,EQ,AQ,CQ dan SQ) dalam belajar
|
D
|
Fungsi Layanan
|
Pemahaman
|
E
|
Tujuan Umum
|
Peserta didik/konseli memahami
tentang kecerdasan baik IQ,EQ, AQ, CQ dan SQ) dalam belajar
|
F
|
Tujuan Khusus
|
1.
Peserta
didik/konseli dapat memahami pengertian kecerdasan
2.
Peserta
didik/konseli dapat memahami cara melatih IQ,EQ,AQ,CQ dan SQ
|
G
|
Sasaran Layanan
|
Kelas
12
|
H
|
Materi Layanan
|
1.
Pengertian
kecerdasan
2.
Cara
melatih IQ,EQ,AQ,CQ dan SQ
|
I
|
Waktu
|
2 Kali Pertemuan x 45 Menit
|
J
|
Sumber Materi
|
1. Slamet, dkk 2016, Materi Layanan Klasikal Bimbingan
dan Konseling untuk SMK-MAK kelas 12, Yogyakarta, Paramitra Publishing
2. Triyono, Mastur, 2014, Materi Layanan Klasikal Bimbingan dan Konseling bidang pribadi, Yogyakarta, Paramitra
3. Hutagalung, Ronal. 2015. Ternyata Berprestasi ItuMudah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
4. Eliasa Imania Eva,
Suwarjo.2011.Permainan (games) dalam Bimbingan
dan Konseling.Yogyakarta: Paramitra
|
K
|
Metode/Teknik
|
Ceramah, Curah pendapat dan tanya
jawab
|
L
|
Media
/ Alat
|
LCD, Power
Point , Peran (IQ,EQ,AQ,CQ dan SQ) dalam belajar
|
M
|
Pelaksanaan
|
|
Tahap
|
Uraian Kegiatan
|
|
1.
Tahap Awal /
Pedahuluan
|
1.
Membuka dengan salam dan berdoa
2.
Membina hubungan baik dengan peserta didik
(menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking)
3.
Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan
Konseling
4.
Menanayakan kesiapan kepada peserta didik
|
|
2.
Tahap Inti
|
1.
Guru BK menayangkan media slide power point yang
berhubungan dengan materi layanan
2. Peserta didik
mengamati slide pp yang
berhubungan dengan materi layanan
3.
Guru BK mengajak curah pendapat dan tanya jawab
4.
Guru BK membagi kelas menjadi 6 kelompok, 1 kelompok 5- 6 orang
5.
Guru BK memberi tugas kepada masing-masing kelompok
6.
Peserta didik mendiskusikan dengan kelompok masing-masing
7.
Setiap kelompok mempresetasikan tugasnya kemudian kelompok lain
menanggapinya, dan seterusnya bergantian sampai selesai.
|
|
|
3.
Tahap Penutup
|
1.
Guru BK mengajak peserta didik membuat kesimpulan
yang terkait dengan materi layanan
2.
Guru BK mengajak peserta didik untuk agar
dapat menghadirkan Tuhan dalam
hidupnya
3.
Guru BK menyampaikan materi layanan yang akan
datang
4.
Guru BK mengakhiri kegiatan dengan berdoa dan
salam
|
M
|
Evaluasi
|
|
|
1. Evaluasi Proses
|
Guru BK atau
konselor melakukan evaluasi dengan memperhatikan proses yang terjadi :
1. Melakukan Refleksi hasil, setiap peserta didik menuliskan di kertas yang sudah disiapkan.
2. Sikap atau atusias peserta didik dalam
mengikuti kegiatan
3. Cara peserta didik dalam menyampaikan
pendapat atau bertanya
4. Cara peserta didik memberikan penjelasan
dari pertanyaan guru BK
|
2. Evaluasi Hasil
|
Evaluasi
setelah mengikuti kegiatan klasikal, antara lain :
1. Merasakan suasana pertemuan :
menyenangkan/kurang menyenangkan/tidak menyenangkan.
2. Topik yang dibahas : sangat penting/kurang
penting/tidak penting
3. Cara Guru Bimbingan dan Konseling atau
konselor menyampaikan : mudah dipahami/tidak mudah/sulit dipahami
4. Kegiatan yang diikuti : menarik/kurang
menarik/tidak menarik untuk diikuti
|
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
Uraian materi
2.
Lembar kerja siswa
3. Instrumen penilaian
Liwa, ................................ 2018
Mengetahui,
Kepala SMK NEGERI 1 LIWA Guru
BK
MUHAMMAD YUSUF MUIS, S.Pd YOPI SUGARA, S.Pd
NIP 19721028
199903 1 008 NIP 19870901 201101 1 004
a. Pengertian
Kecerdasan (Intellegence)
IQ (Intellegence
Quotient)
Kecerdasan
intelektual adalah syarat minimum kompetensi. Intelegensi diartikan sebagai
keseluruhan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta
mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif (Marhten Pali, 1993). Konsep
intelegensi yang pertama kali di rintis oleh Alfred Bined 1964, mempercayai
bahwa kecerdasan itu bersifat tunggal dan dapat diukur dalam satuan angka yaitu
intelegence Quotient (IQ)
Ini
berdasarklan penelitian terbaru telah terungkap adanya multiple intelligence
(kecerdasan majemuk). Gardner, 1994 menemukan dalam setiap anak tersimpan 8
kecerdasan yang siap berkembang, yaitu :
1. Kecerdasan Linguistik
(word smart = cerdas berbahasa)
2. Kecerdasan
Matematik-logis (number smart = cerdas angka)
3. Kecerdasan Spasial
(Cerdas gambar)
4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
(body smart = cerdas tubuh)
5. Kecerdasan Musikal
(Cerdas music = nada suara)
6. Kecerdasan Interpersonal
(Self smart = cerdas diri)
7. kecerdasan Intrapersonal
(people smart = cerdas bergaul)
8. Kecerdasan Naturalis
(cerdas alam)
Yang menggembirakan dari paradigma baru
tentang intelligence adalah pandangan bahwa TIDAK ADA MURID YANG BODOH ! Setiap
anak punya kecerdasan yang menonjol satu atau dua jenis dan siap untuk
berprestasi.
EQ (Emotion Qoutient)
Penelitan
mutakhir menjelaskan bahwa kecerdasan intelektual belumlah cukup. IQ
menyumbangkan 20% dari keberhasilan. Yang lebih banyak perannya dalam
keberhasilan seseorang adalah kecerdasan emosional (80%). Apakah kecerdasan
emosional itu ? Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan
sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan
mengelola emosi dengan baik dan dalam berhubungan dengan orang lain. Jelaslah
EQ sangat besar peranannya untuk memilih segala kesuksesan termasuk sukses di
bangku sekolah. Daniel Goldman mengembangkan EQ menjadi 5 kategori dengan
point-point yakni :
1.
Kesadaran
diri : kesadaran emosi diri menilai peribadi dan percaya diri
2. Pengaturan diri : pengendalian diri, sikap
dapat dipercaya, waspada, adaptif dan inovatif.
3. Motivasi : Dorongan berprestasi, komitmen,
inisiatif dan optimism
4. Empati : memahami orang lain, pelayanan,
membantu pengembangan orang lain, menyikapi perbedaan dan kesadaran politis
5. Keterampilan social : pengaruh persuasi
keterampilan berkomunikasi, kepemimpinan, katalisator dan perubahannya,
manajemen konflik, keakraban, kerjasama dan kerja tim.
AQ (Adversity Quotient)
Mengapa
banyak orang yang jelas-jelas cerdas/berbakat tetapi gagal membuktikan potensi
dirinya ? Berapa banyak siswa yang memiliki IQ tinggi tetapi gagal dalam meraih
prestasi belajar ? Sebaliknya tidak sedikit orang yang memiliki IQ tidak tinggi
tetapi justru lebih unggul dalam
presatis belajar. Pada umumnya ketika dihadapkan pada kesulitasn dan
tantangan hidup kebanyakan manusia menjadi loyo dan tidak berdaya. Mereka
berhenti berusaha sebelum dan kemampuannya benar-benar teruji. Banyak orang
yang gampang menyerah sebelum berperang. Mereka inilah yang dimaksudkan dengan
rendah Adversity Qoutientnya.
Adversity
Qoetient adalah kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan
menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Paul G
Stoltz adalah, penemu teori AQ ini berdasarkan penelitiannya ada tingkatan AQ
pada masyarakat manusia ini, yakni :
1. Tingkat ‘Quitters”
(orang-orang yang berhenti)
Quitters
adalah orang yang paling lemah AQnya. Ketika menghadapi berbagai kesulitan
hidup, mereka berhenti dan langsung menyerah mereka memilih untuk tidak
mendaki, mereka kelua, mundur dan menghindar dari kewajiban/tugas-tugas hidup.
Mereka tidak memanfaatkan peluang, potensi dan kesemapatan dalam hidup.
Contoh : seorang individu
yang tidak berkutik hanya mengeluh ketika ditimpa kondisi buruk, mislanya
penderitaan, kemiskinan dan kebodohan dan lain-lainnya.
2. Tingkat “Campers” (Orang
yang berkemah)
“Campers
adalah AQ tingkat sedang. Awalnya mereka giat medaki, berjuang menyelesaikan
tantangan kehidupan. Namun ditengah perjalan mereka berhenti juga. Mereka telah
jenuh dan bosan, merasa sudah cukup, mengakhiri pendakian dengan mencari tempat
yang data dan nyaman.
Contohnya : seorang yang
mengira bahwa sukses itu dalah yang pentidk sudah naik kelas/lulus, meskipun
pas-pasan saja. Sudah punya harta/jabatan baru sudah cukup sukses di dunia
sudah cukup !
3. Tingkat “Climbars” (Orang
yang Mendaki)
Climbers adalah pendaki sejati. Oang yang
seumur hidup mencurahkan diri kepada pendakian hidup. Mereka paham dan sadar
bahwa sukses itu bukan hanya dimensi fisik material, tetapi seluruh dimensi :
fisik, moral, sosial, spiritual dan seterusnya. Mereka adalah orang yang selalu
mencari hakikat hidup, hakikat manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang
paling sempurna dan akan kembali kepada Sang maha Pencipta. Mendaki hidup
abadi, yang jauh lebih panjang.
CQ
(CREATIVITY QOUTIENT)
Creativity /
Kreativitas adalah potensi seseorang untuk memunculkan sesuatu yang
merupakan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi serta semua
bidang dalam usaha lainnya
GUIL FORD
mendiskripsikan 5 ciri kreativitas :
1. Kelancaran/Kefasihan :
Kemampuan memproduksi banyak ide.
2. Keluwesan :
Kemampuan untuk
mengajukan bermacam-macam
pendekatan jalan
pemecahan masalah.
3. Keaslian :
Kemampuan untuk
melahirkan gagasan yang orisinal
sebagai hasil
pemikiran sendiri.
4. Penguraian
:
Kemampuan
menguraikan sesuatu secara terperinci.
5. Perumusan Kembali :
Kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan
melalui cara yang berbeda dengan yang sudah lazim.
Beberapa
Cara Memunculkan Gagasan Kreatifitas
1.
Kuantitas Gagasan
Gagasan pertama sebagai cara untuk mendapatkan gagasan yang lebi baik.
Pemilihan dari bernagai gagasan
2. Brainstorming
untuk
menambah gagasan yang telah ada, untuk mendapat gagasan yang orisinil
3. Sinektik
Membuat yang asing menjadi akrab
menggunakan analogi dan metafora
4. Memfokuskan Tujuan
Membuat seolah-olah apa yang diinginkan
akan terjadi besok
SQ (Spritual Qoutient)
Hasil
penelitian di ratusan perusahaan dan kalangan eksekutif bisnis menunjukkan
bahwa spirit itu sungguh penting. Spirit menjadi salah satu faktor penentu
sukses salah satu contoh spirit mereka adalah keyakinan bahwa bisnis itu
bermakna besar bagi diri, keluarga dan masa depan umat manusia. Sebaliknya
keringnya spirit akan meruntuhkan seseorang atau perusahaan.
Pengertian Kecerdasan
Spiritual (SQ)
Spiritual adalah initi dari
pusat diri sendiri. Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami,
melambangkan semangat dan mengikat diri seseorang kepada nilai-nilai kebenaran
tanpa bata waktu (Agus Nggermanto, 2010). M. Zuhri menambahkan, bahwa SQ
merupakan kecerdasan yang digunakan untuk “berhubungan” dengan Tuhan Yang Maha
Esa.
Ciri-ciri SQ Tinggi
Menurut Dimitri Mahayana
(Agus Nggermanto, 2001), cirri-ciri orang yang ber-SQ tinggi adalah :
1. Memiliki prinsip dan
visin yang kuat
2. Mampu melihat kesatuan
dalam keanekaragaman
3. Mampu memaknai setiap
sisi kehidupan
4. Mampu mengelola dan
bertahan dalam kesulitan dan penderitaan
b. Cara Melatih
IQ, EQ, AQ, SC dan SQ
Melatih
IQ, EQ, AQ, CQ dan SQ sekaligus, sangat menajamkan indera kita dalam menangkap
materi pelajaran, menajamkan pikiran dalam memahami intisari dari setiap pokok
bahasan serta memberikan dorongan kepada akal untuk menghindarkan diri dari
gangguan nafsu. Akhirnya konsentrasi kita akan lebih khusuk dan daya tangkap
kita akan lebih cemerlang. Memori-memori yang disimpan dalam brankas otak
menjadi aman, tidak rusak dan tidak hilang, serta dapat digunakan pada waktunya
sesuai kebutuhan.
Caranya sebagai berikut :
No.
|
Jenis Kecerdasan
|
Cara Melatih
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Intelegence
Quotient (IQ)
Emotional
Quotient(EQ)
Creativity
Quatient (CQ)
Adversity
Quatient (AQ)
Spiritual
Quotient (SQ)
|
- Belajar dengan
cara yang benar Banyak membaca, sering latihan, selalu mengerjakan PR dan
tugas-tugas, menghafal dengan rutin.
-
- Kalau tidak bisa
tanya teman atau guru kemudian dicoba sendiri sampai bisa
- Belajarnya yang
tekun, mulai dari yang mudah dulu, terus bertahap kepada yang sulit. Jangan
cepat menyerah, yang sabar. Kalau sudah bisa mengerjakan soal yang biasa,
lalu tingkatkan dengan soal-soal baru yang lebih sulit dan menantang untuk
melatih kreatifitas. Tapi hati-hati kalau sudah pintar jangan terlalu bangga
dengan kemampuan sendiri, sebaiknya tetap rendah hati dan tidak meremehkan
tugas.
- Dalam belajar,
harus kreatif menemukan cara-cara yang efektif dan efisien agar semangat
belajar bangkit terus dari mulai cara menyenangi suatu pelajaran, menata
ruang belajar, dan lain sebagainya.
- Dalam proses belajar,
pasti akan menemukan banyak kendala atau kesulitan. Harus selalu memiliki
sikap dan pikiran positif untuk meraih prestasi belajar dengan menjadikan
kesulitan sebagai motivasi untuk lebih giat belajar.
-
- Selalu berdo’a
sebelum dan sesudah belajar, selalu ingat kepada Tuhan, kewajiban beribadah
jangan ditinggalkan.
-
|
0 Komentar