DINAS
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMK NEGERI 1 LIWA
Jl. KH. AHMAD DAHLAN 42
PADANG DALOM KEC. BAIK BUKIT KAB. LAMPUNG BARAT
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
BIMBINGAN
KLASIKAL
SEMESTER GANJIL TAHUN
PELAJARAN 2017/2018
A
|
Komponen
|
Layanan Dasar
|
B
|
Bidang Layanan
|
Sosial
|
C
|
Topik / Tema
Layanan
|
Membangun kerjasama antar umat beragama
|
D
|
Fungsi Layanan
|
Pemahaman
|
E
|
Tujuan Umum
|
Peserta didik/konseli memahami
pentingnya kerjasama antara umat beragama serta mampu hidup rukun melakukan
hubungan kerjasama yang baik antar umat beragama
|
F
|
Tujuan Khusus
|
1.
Peserta
didik/konseli dapat memahami pengertiaan kerjasama antar umat beragama
2.
Peserta
didik/konseli dapat memahami manfaat kerjasama antar umat beragama
3.
Peserta
didik/konseli dapat memahami kendala-kendala dalam kerukunan antar umat
beragama
|
G
|
Sasaran Layanan
|
Kelas
XII
|
H
|
Materi Layanan
|
1.
Pengertian kerjasama antar umat beragama
2.
Manfaat kerjasama antar umat beragama
3.
Kendala-kendala dalam kerukunan antar umat beragama
|
I
|
Waktu
|
2 Kali Pertemuan x 45 Menit
|
J
|
Sumber Materi
|
1. Slamet, dkk 2016, Materi Layanan Klasikal Bimbingan
dan Konseling untuk SMK-MAK kelas 12, Yogyakarta, Paramitra Publishing
2. Triyono, Mastur, 2014, Materi Layanan Klasikal Bimbingan dan Konseling bidang pribadi, Yogyakarta, Paramitra
3. Hutagalung, Ronal. 2015. Ternyata Berprestasi ItuMudah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
4. Eliasa Imania Eva,
Suwarjo.2011.Permainan (games) dalam Bimbingan
dan Konseling.Yogyakarta: Paramitra
|
K
|
Metode/Teknik
|
Ceramah, Curah pendapat dan tanya
jawab
|
L
|
Media
/ Alat
|
LCD, Power
Point , Membangun
kerjasama antar umat beragama
|
M
|
Pelaksanaan
|
|
Tahap
|
Uraian Kegiatan
|
|
1.
Tahap Awal /
Pedahuluan
|
1.
Membuka dengan salam dan berdoa
2.
Membina hubungan baik dengan peserta didik
(menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking)
3.
Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan
Konseling
4.
Menanayakan kesiapan kepada peserta didik
|
|
2.
Tahap Inti
|
1.
Guru BK menayangkan media slide power point yang
berhubungan dengan materi layanan
2. Peserta didik
mengamati slide pp yang
berhubungan dengan materi layanan
3.
Guru BK mengajak curah pendapat dan tanya jawab
4.
Guru BK membagi kelas menjadi 6 kelompok, 1 kelompok 5- 6 orang
5.
Guru BK memberi tugas kepada masing-masing kelompok
6.
Peserta didik mendiskusikan dengan kelompok masing-masing
7.
Setiap kelompok mempresetasikan tugasnya kemudian kelompok lain
menanggapinya, dan seterusnya bergantian sampai selesai.
|
|
|
3.
Tahap Penutup
|
1.
Guru BK mengajak peserta didik membuat kesimpulan
yang terkait dengan materi layanan
2.
Guru BK mengajak peserta didik untuk agar
dapat menghadirkan Tuhan dalam
hidupnya
3.
Guru BK menyampaikan materi layanan yang akan
datang
4.
Guru BK mengakhiri kegiatan dengan berdoa dan
salam
|
M
|
Evaluasi
|
|
|
1. Evaluasi Proses
|
Guru BK atau
konselor melakukan evaluasi dengan memperhatikan proses yang terjadi :
1. Melakukan Refleksi hasil, setiap peserta didik menuliskan di kertas yang sudah disiapkan.
2. Sikap atau atusias peserta didik dalam
mengikuti kegiatan
3. Cara peserta didik dalam menyampaikan
pendapat atau bertanya
4. Cara peserta didik memberikan penjelasan
dari pertanyaan guru BK
|
2. Evaluasi Hasil
|
Evaluasi
setelah mengikuti kegiatan klasikal, antara lain :
1. Merasakan suasana pertemuan :
menyenangkan/kurang menyenangkan/tidak menyenangkan.
2. Topik yang dibahas : sangat penting/kurang
penting/tidak penting
3. Cara Guru Bimbingan dan Konseling atau
konselor menyampaikan : mudah dipahami/tidak mudah/sulit dipahami
4. Kegiatan yang diikuti : menarik/kurang
menarik/tidak menarik untuk diikuti
|
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
Uraian materi
2.
Lembar kerja siswa
3. Instrumen penilaian
Liwa,
Juli 2017
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMK N 1 Liwa Guru
BK
MUHAMMAD YUSUF MUIS, S.Pd YOPI SUGARA, S.Pd
NIP 19721028
199903 1 008 NIP 19870901 201101 1 004
a. Pengertian Kerjasama Antar Umat Beragama
Kerjasama umat bragama yaitu hubungan sesama umat
beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling
menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan
kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Umat beragama dan
pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat
beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan. Sebagai contoh
yaitu dalam mendirikan rumah ibadah harus memperhatikan pertimbangan Ormas
keagamaan yang berbadan hokum dan telah terdaftar di pemerintah daerah. Pemeliharaan
kerukunan umat beragama baik di tingkat Daerah, Provinsi, maupun Negara pusat
merupakan kewajiban seluruh warga Negara beserta instansi pemerinth lainnya.
Lingkup ketentraman dan ketertiban termasuk memfalisitasi terwujudnya kerukunan
umat beragama, mengkoordinasi kegiatan instnsi vertical, menumbuh kembangkan
keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, saling percaya diantara
umat beragama, bahkan menerbitkan rumah ibadah.
Sesuai dengan tingkatannya Forum Krukunan Umat
Beragama dibentuk di Provinsi dan Kabupaten. Dengan hubungan yang bersifat
konsultatif gengan tugas melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh-tokoh
masyarakat, menampung aspirasi Ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat,
menyalurkan aspirasi dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan.
Kerukunan antar umat beragama dapat diwujdkan dengan :
1. Saling
tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat beragama
2. Tidak
memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu
3. Melaksanakan
ibadah sesuai agamanya, dan
4. Mematuhi
peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun peraturan Negara atau
Pemerintah.
Dengan demikian akan dapat tercipta keamanan dan
ketertiban antar umat beragama, ketentraman dan kenyamanan di lingkungan
masyarakat berbangsa dan bernegara.
b. Manfaat Kerjasama Antar Umat Beragama
Umat Beragama Diharapkan Perkuat Kerukunan Jika agama
dapat dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan stabilitas
dan kemajuan negara. Dialog antar umat beragama dapat memperkuat kerukunan beragama
dan menjadikan agama sebagai faktor pemersatu dalam kehidupan berbangsa.
"Sebab jika agama dapat dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan
memberikan sumbangan bagi stabilitas dan kemajuan suatu negara,"
Tokoh dan umat beragama dapat memberikan kontribusi
dengan berdialog secara jujur, berkolaborasi dan bersinergi untuk menggalang
kekuatan bersama guna mengatasi berbagai masalah sosial termasuk kemiskinan dan
kebodohan. Pemikiran Pendeta Viktor Tanja yang menyatakan bahwa misi agama atau
dakwah yang kini harus digalakkan adalah misi dengan tujuan meningkatkan sumber
daya insani bangsa, baik secara ilmu maupun karakter. "Hal itu kemudian
perlu dijadikan sebagai titik temu agenda bersama lintas agama.
Kerjasama di antara umat beragama merupakan bagian
yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan kerjasama yang erat di antara mereka, kehidupan dalam masyarakat akan
menjadi aman, tenteram, tertib, dan damai. Bentuk kerjasama antar umat beragama
di antaranya sebagai berikut:
1. Adanya dialog antar pemimpin agama
2. Adanya kesepakatan di antara pemimpin agama
untuk membina agamanya masing-masing.
3. Saling
memberikan bantuan bila terkena musibah bencana alam
Kerjasama Antar Umat
Beragama
Kerja sama merupakan hubungan yang dinilai paling
berhasil dalam suatu kemajemukan. Oleh karenanya hal ini menjadi mutlak
dilakukan di negara kita yang majemuk. Kerja sama harus dilakukan untuk
menghasilkan pembaruan yang diinginkan. Selain itu, kerja sama juga dapat
memperkuat atau memberdayakan orang atau kelompok lain yang belum terlibat.
Dengan kerja sama, masalah-masalah akibat perbedaan etnis, agama, dan budaya
dapat diatasi. Contoh, kerja sama dalam pembangunan jembatan yang rusak dapat
menyatukan warga di wilayah yang berbeda. Kerja sama dapat pula dilakukan antarumat beragama. Kerja
sama antarumat beragama meliputi berbagai bidang. Beberapa bidang kerja sama
antarumat beragama antara lain sebagai berikut :
1.
Penegakan
Keadilan
Kerjasama antarumat beragama
dapat menghasilkan langkah-langkah strategis untuk mengurangi atau memberantas
praktik ketidakadilan yang sudah menyengsarakan rakyat dan umat dalam waktu
yang cukup lama. Misalnya, dengan melaporkan pihak yang melakukan korupsi
kepada penegak hukum.
2. Perbaikan taraf hidup (ekonomi)
Kerja sama antarumat
beragama memungkinkan adanya perbaikan taraf hidup bagi pemeluknya. Salah satu
contoh kerja sama dalam bidang ini adalah penggalangan dana untuk membantu
korban bencana dan membuka lapangan kerja untuk warga yang belum bekerja.
3. Perbaikan Akhlak
Para pemimpin dan tokoh-tokoh agama dituntut untuk bisa bekerja sama dalam
menyuarakan kehendak agama demi kebaikan, perdamaian, kebahagian, dan
keselamatan umat manusia. Misalnya dengan mendukung diberantasnya perilaku seks
bebas yang dapat merusak mental dan perilaku remaja.
c.
Kendala-Kendala dalam Kerukunan Antar
Umat Beragama
1) Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah
dalam komunikasi antar agama sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah
munculnya sikap toleransi malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana
diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan
tak langsung (indirect encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan
teologi yang sensitif. Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan
mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih mendalam
tidak terjadi, karena baik pihak yang berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga
jarak satu sama lain. Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi
kemudian membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan
masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah perjumpaan tak langsung, bukan
perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat menimbulkan sikap kecurigaan diantara
beberapa pihak yang berbeda agama, maka akan timbullah yang dinamakan konflik.
2) Kepentingan Politik
Faktor
Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala dalam
mncapai tujuan sebuah kerukunan anta umat beragama khususnya di Indonesia, jika
bukan yang paling penting di antara faktor-faktor lainnya. Bisa saja sebuah
kerukunan antar agama telah dibangun dengan bersusah payah selama
bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan demikian kita pun
hampir memetik buahnya. Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut
memengaruhi hubungan antaragama dan bahkan memorak-porandakannya seolah petir
menyambar yang dengan mudahnya merontokkan “bangunan dialog” yang sedang kita
selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak
hanya menangis melihat political upheavels di negeri ini, tetapi lebih dari itu
yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-saudara kita,
yang mudah-mudahan diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup
secara tertib teratur dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi
dengan alasan politik juga kita seringkali menunggangi agama dan
memanfaatkannya.
3) Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif
juga ada dan berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan
berkembang pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai Islam radikal
dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang menekankan praktik keagamaan
tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya diadaptasikan dengan
situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih berpandangan bahwa Islam adalah
satu-satunya agama yang benar dan dapat menjamin keselamatan menusia.
Pandangan-pandangan
semacam ini tidak mudah dikikis karena masing-masing sekte atau aliran dalam
agama tertentu, Islam misalnya, juga memiliki agen-agen dan para pemimpinnya
sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu komando dan satu pemimpin. Ada
banyak aliran dan ada banyak pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama
lain memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang
bertentangan. Tentu saja, dalam agama Kristen juga ada kelompok eksklusif
seperti ini. Kelompok Evangelis, misalnya, berpendapat bahwa tujuan utama
gereja adalah mengajak mereka yang percaya untuk meningkatkan keimanan dan
mereka yang berada “di luar” untuk masuk dan bergabung. Bagi kelompok ini,
hanya mereka yang bergabung dengan gereja yang akan dianugerahi salvation atau
keselamatan abadi. Dengan saling mengandalkan pandangan-pandangan setiap sekte
dalam agama teersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan
Pamela Espland dalam bukunya yang berjudul Buku Pintar
Ramaja Gaul menuliskan 9 (sembilan) alasan bagi para remaja untuk pergi ke
rumah ibadah atau menghadiri pertemuan-pertemuan keagamaan, yaitu sebagai
berikut :
1.
Komunitas religius mengurangi tindakan-tindakan penuh
resiko. Remaja yang aktif dalam kegiatan keagamaan memiliki risiko yang lebih
kecil untuk terkena pengaruh negatif pergaulan, seperti penggunaan obat-obat
terlarang, pergaulan bebas, dsb, dibandingkan dengan remaja yang tidak
bergabung dengan komunitas keagamaan.
2.
Komunitas religius mengajarkan nilai-nilai. Nilai-nilai kebaikan ini akan mengarahkan
para pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan membuat pilihan-pilihan
positif.
3.
Komunitas religius tidak memiliki batasan usia. Tiadanya
batasan usia membuat kita dapat bertemu dengan orang-orang dari berbagai
tingkatan usia.
4.
Komunitas religius menyediakan perlindungan dan sandaran.
Kamu akan menjalin hubungan dengan guru-guru pelajaran agama, pemimpin kaum
muda, rekan sebaya, keluarga, dan pembimbing yang peduli padamu dan selalu siap
membantu pada saat senang dan susah.
5.
Komunitas religius menaruh harapan tinggi pada kaum muda.
Pemahaman akan potensi besar membuat komunitas religius selalu memotivasi dan
memfasilitasi remaja untuk tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, sukses dan
berprestasi.
6.
Komunitas religius menyediakan kesempatan agar kamu
menjadi anggota kelompok yang bisa berkontribusi.
7.
Komunitas religius mendorong kamu untuk melayani orang
lain. Orang yang terbaik adalah orang yang paling banyak memberikan manfaat
bagi orang lain.
8.
Komunitas religius memupuk kemampuan bersosialisasi dan
sifat kepemimpinan. Komunitas ini memberi kesempatan pada remaja untuk
memimpin, merencanakan program, menjadi pemimpin agama bagi rekan-rekan sebaya
dan anak yang lebih muda melalui kegiatan positif.
9.
Komunitas religus menawarkan stabilitas. Sesuatu yang
dibuat oleh manusia pasti akan mengalami perubahan. Hanya nilai-nilai dan
ajaran agama yang berasal dari Tuhan yang tidak akan pernah berubah.
0 Komentar